Friday, July 25, 2014

Adakah Hari Esok?

Di sebuah pusat perbelanjaan seorang ibu berkata, "Mama mau mampir dulu ke toko situ, mau beli roti buat sarapan besok." Saya yang sedang melintas dan berpapasan dengan keluarga tersebut mendengarnya lalu terdiam. Kalimat itu seolah menyentak kesadaran terdalam saya tentang hari esok. Bagaimana hari esok itu akan tiba? Yakin bahwa hari esok masih akan ada? 

Kebanyakan manusia akan sangat gembira membicarakan hari esok. Ada yang merasa cita-citanya akan segera terpenuhi. Harapannya akan terkabul. Keinginannya untuk menjadi seseorang atau memiliki sesuatu seolah membius, bahwa hari esok akan tiba dan lebih baik. Jarang ada yang ragu, apakah hari esok masih akan ada? Padahal banyak drama dan tragedi kehidupan yang tidak pernah dapat diramalkan oleh siapapun. Ada yang mendadak mengalami nasib naas adapula yang mengalami mujur. Fifty-fifty.

Namun pada dasarnya manusia hanya berharap yang terbaik untuk hari esok. Besok matahari masih akan terbit dari timur. Besok masih bisa makan enak. Besok masih bisa ke mall. Besok masih bisa nonton ke stuido Blitz atau Cinema 21. Banyak hal dalam hidup ini, manusia hanya membuat angan tentang hal yang baik saja. Sehingga hidup disedot dan dimaksimalkan sedapat mungkin untuk meraih bahagia. Ini yang kerap menimbulkan sikap - sikap egosentris. Mementingkan diri sendiri. Kebahagiaan diri sendiri dan orang-orang terdekatnya.

Tadi kami pergi makan ke sebuah restaurant. Kami melihat seorang lelaki yang mengambil salad sangat banyak, menggunung tinggi di mangkuknya. Bahkan hingga tumpah ke bawah dan dialasi dengan sebuah piring. Saya memperhatikan karena jatah makanan prasmanan buffet yang diambilnya itu menyolok sekali. Rupanya pria itu mengambil satu mangkuk salad dan disajikan sebagai hidangan bersama untuk keenam anggota keluarganya. Saya berusaha tidak menghakimi, tetapi pikiran ini selalu bergoyang dihembus oleh kesadaran yang membisikkan suatu hal, "Wah, ogah rugi banget nih orang!"

Hari esok memang harus kita lihat dalam perspektif optimis, berharap yang terbaik dan maksimal. Tetapi saya kurang setuju jika semua daya dan upaya hanya dikerahkan oleh diri sendiri. Ada unsur alpha dan omega. Awal dan akhir. Siapa yang memberi awalan dan akhiran dari kehidupan kita? Ada yang mengatur di alam ini. Kasat mata. Bagi yang beragama akan menyebutnya Tuhan, bagi yang tidak akan menyebutnya alam. Ini hal yang saya dan banyak orang yakini. Saya tidak dapat berargumen dengan orang yang tidak mengakui Tuhan dan sifat universal yang mengalir. Karena logika saya justru tidak ada dalam kerangka itu. Maafkan kebodohan saya.

Dikarenakan yakin hari esok masih akan terus ada, manusia berpikir untuk beli roti. Manusia berpikir untuk mengambil jatah salad sebanyak-banyaknya dan ogah rugi. Dalam sekala besar manusia menipu, berbuat jahat, korupsi dan sebagainya. Merencanakan kenikmatan karena hari esok pasti masih akan ada. Dalam banyak hal seperti bencana, perang, kecelakaan, kematian karena sakit, pembunuhan dan sebagainya banyak yang tidak siap. Keluarga yang ada disekitarnya juga tak siap. Mereka meraung, menangis dan menjerit. Ketika ibu saya tiada, tanpa sadar saya berhenti meraung, menangis dan menjerit. Karena selama dua hingga tiga bulan menyaksikan ibu menderita sakit, saya sungguh tidak tahan. Tidak tega melihat penderitaannya. Bagi mereka yang menunggui keluarga sakit parah dan cukup lama, akan mengerti maksud ini.

Hari esok akan selalu ada, tetapi bersiaplah fifty-fifty. Untuk kemungkinan terbaik dan kemungkinan terburuk. Selama Tuhan masih memberikan nafas yang mengalir, hal yang terburuk pun akan berlalu dan pada akhirnya menjadi baik. Kecelakaan akan pulih, setelah dibui akan bebas, sakit parah akhirnya sembuh, dan sebagainya. Tetapi ingatlah kemungkinan fifty-fifty tersebut. Manusia yang mampu melenturkan emosi dan ambisi dalam dirinya akan lebih fleksible menerima apapun yang nanti akan diberikan atau digariskan oleh Tuhan. Bisa baik dan bisa buruk. 

Maka ketika hal itu baik berterima-kasihlah dan ketika hal itu buruk tetap berterima kasih karena menjadi pelajaran berharga. Manusia yang memetik pelajaran dari hidupnya akan meraih predikat cum laude atau summa cum laude setelah menjalaninya. Sebaliknya manusia yang berpikir pendek tentang hari esok, hanya sebatas membeli roti untuk sarapan atau mengambil jatah salad sebanyak mungkin, semoga siap. Bahwa esok masih menyimpan misteri. Fifty-fifty. 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.