Thursday, July 17, 2014

Tukar Kata Sahabat Lama

Bertemu kita, setelah sehari sebelumnya saling berjanji jumpa. Setahun sekali biasanya kita tatap muka. Aku sudah pergi dari tempat awal pertemuan kita, kamu masih bercokol saja disitu. Hidup ini pilihan, buatmu tak ada pilihan selain menetap. Buatku tak ada pilihan selain pergi. Tetapi kita masih satu hati, sesekali bertukar cerita. Kebanyakan tentang masa lalu yang kita bagi bersama. Orang-orang yang kita kenal berdua.

Kamu bercerita tentang Lena yang kini terlena oleh cinta barunya. Meninggalkan suami dan anak-anaknya. Aku ternganga-nganga, terus bertanya-tanya, 'Kok bisa?' Hidup ini pilihan dan kadang memang rayuan untuk mengganti cerita. Bingung melihat yang dulu jadi idaman kini jadi celaan. Yang dulu jadi dambaan kini jadi cercaan. Aku ingin menutup telinga, tak mau dengar kabar-kabar yang tak sedap ditelinga. Tapi ini realita, sulit menghindarinya.

Sedih aku mendengar kabar semuanya porak-poranda. Tidak rasanya tidak ada yang bahagia. Semua berusaha mencari bahagia itu entah kemana dapatnya. Setiap sen menggantikan setiap detik dari kebahagiaan seolah hidup melulu diatur oleh materi dan harga. Aku tidak bisa bicara apa-apa ketika kamu bercerita ada yang mati binasa. Ada yang pergi begitu saja terlunta-lunta. Mungkin yang perduli hanya aku, itupun hanya hatiku yang pilu. Aku tidak bisa menjadi kegembiraan karena ruhku menjauh dari kepedihan. Aku tidak ingin lagi jadi bagian dari sesuatu yang sangat menyakitiku.

Aku senang perjumpaan kita begitu seru. Sesekali hanya sesekali dalam setiap tahunnya kita berjumpa. Wajahmu selalu bergembira melihatku ada. Aku malu karena dulu kadang aku acuh dan kurang baik terhadapmu. Kamu selalu baik dan tak henti menghargai serta mendukungku. Aku mulai mengerti persahabatan tipis jaraknya dari perjodohan. Ketika para sahabat berjumpa mereka akan selalu gembira dan setiap sen-nya akan dibuang untuk menggantikan setiap detik kebahagiaan.

Kamu terus bercerita tentang tragedi-tragedi manusia yang meliputimu. Kadang muram, kadang sendu. Tak jarang ada yang lucu lalu kamu tertawa, aku pun berlaku sama. Masa lalu kita begitu banyak yang bertautan, satu persatu cerita kita paparkan. Dan orang-orang yang sama masih berlaku sama. Orang-orang yang sedih mati merana dan orang-orang yang kecewa sepertimu telah pergi. Begitu katamu padaku. Aku mengangguk-angguk dalam sunyi di hatiku.

Pernah sahabatku pada satu masa aku mencintai tempat pertemuan kita, pertautan masa lalu kita. Suka dan duka yang kita bersama. Lalu pada satu titik aku jatuh dalam kecewa yang begitu dalam. Aku tidak lagi melihat kegembiraan dan kesukaan untuk berada disekitarnya. Aku pergi dari tempat penjumpaan kita. Tapi aku akan selalu ada dihatimu. Semangatku membuatku berlari menembus waktu. Sungguh aku tak bisa lagi kembali kemasa lalu yang begitu muram, begitu membuatku jenuh dan tak rela. Hidup ini hanya sekali sahabatku, pergunakan dengan bijaksana. Jika engkau harus selalu ke barat, aku harus ke selatan. Jika engkau berdalih hanya itu kesempatanmu. Aku bersikeras ada yang lain harapanku. 

Aku senang kita bertemu, dan beberapa kata tertukar. Untukmu sabar dan tawakal. Untukku semangat dan upaya. Selalu, pertalian kita akan terjalin erat, kini dan nanti. Ada hal-hal yang tak bisa dibeli dengan materi.

Bangi Kopitiam, 17 Juli
@Ramauli-S

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.