Saturday, July 26, 2014

Senja Di Batas Kota

Pada usia 20-30an, saya terbiasa menyelenggarakan acara ulang tahun. Sejak remaja, saya suka mengadakan perayaan ulang-tahun. Biasanya mengundang teman-teman dan mentraktir makan di restaurant atau pergi menonton bioskop. Masih terbayang dalam benak saya ketika merayakan ulang-tahun yang ke tiga puluh. Rasanya sungguh menyenangkan. Kami pesan acara di sebuah rumah makan di bilangan SCBD Sudirman. Suasana acara persis seperti yang saya idamkan. Restauran rumah makan Manado dengan desain yang unik dan etnik.

Lalu saya mengundang beberapa teman yang saya rasa dekat dan akrab, kami mengadakan acara disitu. Semua serba heboh dan menyenangkan. Makanan dihidangkan dan dikelilingi oleh kawan-kawan terbaik. Awesome! Usia itu seolah usia emas yang saya rasakan. Ketika itu putri saya juga masih balita dan digendong dengan satu lengan. Lucu, sangat mungil dan kecil. Sekarang putri saya sudah bertumbuh besar dan bahkan lebih jangkung daripada saya. Menguak ingatan dan menyibak masa lalu sungguh mengharukan. Aroma usia keemasan rasanya masih baru kemarin. Padahal sekarang waktu sudah melaju kencang. Lebih dari satu dasawarsa sejak peristiwa itu.

Saya ingat ketika itu ada serombongan penyanyi yang berkeliling dari satu meja ke meja berikutnya. Menanyakan kepada para pengunjung lagu apa yang sekiranya hendak dinyanyikan. Aneh, untuk jaman itupun saya meminta lagu yang jadul. Judulnya sudah sangat jadul, "Senja di Batas Kota." Saya tak tahu mengapa ketika ulang-tahun itu, yang ingin saya dengar adalah dengung lagu itu. Lagu kesukaan ibu ketika saya remaja. Lagu yang kadang didendangkannya sambil tersenyum. Menurutnya lagu itu sangat enak didengar. Ketika saya berulang-tahun itu, ibu masih sangat muda dan sehat. Dari kota kelahiran kami, ibu hanya berkirim salam dan mendoakan agar saya bahagia dan sukses, meraih apa yang diimpikan.

Tak terbayang dalam benak saya bahwa pada suatu hari ibu akan sakit keras dan meninggal dunia. Meninggalkan kenangan yang menyakitkan dan sedikit persoalan keluarga. Tapi kini makin jelas, yang menyakitkan bagi saya bukanlah segala permasalahan yang ada. Tetapi kehampaan karena ibu telah tiada. Sudah setahun berlalu sejak ibu pergi, namun kesedihan dan patah hati itu selalu ada. Tidak tahu mengapa, mungkin karena sungguh banyak dosa saya kepada ibu. Apapun yang saya lakukan selalu salah dan jauh dari sempurna. Kadang saya tak mengerti apa sebenarnya kehendak ibu. Tetapi ketika ibu tiada kesedihan itu seperti samudra tanpa batas. Memang jika sedang dikelilingi oleh banyak teman dan keluarga, saya melupakan kesedihan tentang ibu. Tetapi ketika menyendiri seperti saat ini, kenangan tentang ibu begitu kuat tergambar.

Pada ulang tahun saya yang gemilang itu, saya meminta sang penyanyi menyanyikan lagu ibu. Tanpa sadar. Mungkin karena saya dibesarkan dengan dendangan lagu itu, yang disukai ibu. Mungkin karena saya suka nadanya. Mungkin karena saya suka syairnya. Entahlah, saat itu rasanya sudah begitu lama. Seolah terjadi di jaman purba. Dan kini saya justru lebih mengerti arti dari tajuk 'Senja di Batas Kota.' Bahwa memang benar semua kehidupan pada akhirnya akan tiba pada sebuah senja. Kemeriahan hidup yang tadinya laksana berada di tengah kota, perlahan akan bergeser menuju ke tepian kota. Dan seperti itu rasanya sekarang mengenang ulang - tahun yang ke-30. Optimis selalu ada, tetapi harus seiring dengan kesadaran bahwa senja akan segera datang menjelang. Sekarang, saya kehilangan selera untuk berulang-tahun. Setiap tahun yang datang dan pergi. Sama saja!

Senja di batas kota
Slalu teringat padamu
Saat kita kan berpisah
Entah untuk berapa lama

Walau senja tlah berganti
Wajahmu slalu terbayang
Waktu engkau kulepaskan
Berdebar hati di dada

Tiada dapat kulupakan
Peristiwa kisah ini
Engkau di seberang sana
Menunaikan tugasmu

Senja di batas kota
Terlukis di dalam kalbu
Hanya bila kau kembali
Hidupku akan bahagia

Selamat jalan ibu, tugasmu mendoakanku.

1 comment:

  1. Mengingat Ibu, pasti selalu ada perasaan bersalah karena banyaaak sekali impiannya yang belum mampu saya wujudkan..juga membuatnya bahagia sebagai pengganti dari banyak kekecewaan. Saya lahir dari keluarga yang mungkin tidak "sempurna".. that's why, kebahagaiaan sekecil apapun akan terasa sekali dihati.. :)

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.