Wednesday, July 30, 2014

Pemberi Tanpa Pamrih

Memberikan barang tentunya akan mudah jika diberikan atas dasar kesukaan dan pengetahuan yang memadai. Namun bagaimana jika memberi dalam kebutaan? Hanya berdasarkan cinta dan tanpa pengertian tentang barang yang hendak diberikan? Memberi karena naluri dalam hatinya ingin selalu memberi dan berbagi bagi orang yang memiliki hasrat berbeda dengan dirinya.

Adalah seseorang yang telah sangat lama saya kenal. Ia tahu saya penggila asesoris dan segala pernak-pernik yang unik. Entah gelang, kalung ataupun anting. Setiap kali hari jadi, ia memastikan saya mendapat satu barang unik yang menarik. Padahal ia sama sekali bukan seorang penggemar asesoris. Satu karet gelang pun jarang menghias tangannya. Yang saya ingat hingga kini ia sudah memberikan dua gelang dan terakhir sebuah kalung cantik. Dan entah berapa puluh pemberian lain yang tak saya ingat.

Kebaikan akan selalu dikenang demikian pun si pelaku kebaikan tersebut. Seperti saya selalu tekenang pada seseorang yang selalu menyayangi saya ini. Dalam segala hal dan peristiwa, ia memperlakukan saya seolah saudara perempuan yang tak pernah dimilikinya karena semua saudaranya adalah lelaki. Saya menerima kemanjaan sebagai orang yang selalu diperhatikan, dalam bilangan tahun. Dalam perjuangan bersamanya dalam suka dan duka meraih cita.

Ia berpikir bahwa saya pantas mengenakan barang-barang yang bagus dan cantik melebihi dirinya. Karena ia sendiri bukan jenis orang yang suka mengenakan banyak barang-barang indah. Bahkan tidak ada asesoris apapun di tubuhnya terkecuali jepit kerudung. Kadang Tuhan memang menciptakan saudara atau saudari di kehidupan tanpa perlu terlahir dari rahim yang sama. Terima kasih Tuhan untuk banyak persaudaraan yang kadang tak pantas saya terima. Terima kasih Lis saudariku, untuk selalu mencintaiku!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.