Thursday, July 3, 2014

Mencari Arti Bahagia

Sebuah stasiun TV nasional menayangkan acara selingan. Salah satu topik yang diangkat adalah "ARTI BAHAGIA." Berbagai orang diwawancara dan ditanyakan mengenai arti bahagia. Menarik bahwa orang yang diwawancara tidak melulu orang berpunya atau kurang berpunya, namun kombinasi dari keduanya. Dari latar belakang para responden, pemirsa dapat menilik bahasa tubuh mereka bahwa terlepas dari masalah kaya miskin, orang - orang ini adalah orang yang berbahagia.

Responden pertama adalah dua kakak-adik, warga Yogya yang hidup sederhana di kota Gudeg. Sang kakak berprofesi sebagai penari sendratari Ramayana di Prambanan, sementara adik lelakinya berprofesi menjadi dalang muda yang potensial. Kehidupan keduanya biasa saja, jauh dari hiruk-pikuk kota besar dan gaya hedonis. Namun keduanya mengaku bahagia karena melakukan sesuatu yang disukai, kehidupan berkesenian. Sang adik terus berlatih menjadi dalang dan sang kakak merindukan tibanya event penyelenggaraan sendratari yang memungkinkan ia tampil luwes menarikan tarian Jawa di depan publik. Bahagia, karena professi yang digeluti adalah panggilan jiwa.

Berikutnya adalah pasangan yang sudah cukup lanjut dan populer di tanah-air yaitu ibu Martha Tilaar dan suaminya, Professor Alex Tilaar. Keduanya berusia lanjut, Professor Alex bahkan sudah berusia 80 tahun. Namun semangat keduanya sebagai pasangan yang sukses dan ternama terlihat jelas. Mereka juga mampu membesarkan anak-anak serta mengayom cucu yang tentu tak kalah sukses. Apa sih rahasia sukses, bahagia bahkan langgeng rukun dengan pasangan? Bukan harta!

Banyak orang pasti ingin seperti pasangan ini yang seolah tercukupi segalanya dan serba sempurna. Namun ibu Martha Tilaar membuka rahasia bahwa ia bukan anak orang kaya dan suaminya Professor Alex juga bukan lelaki kaya. Mereka memulai usaha rempah di garasi berukuran 6x4 meter, hingga berdirinya Sari Ayu Martha Tilaar. Ibu Martha bahkan sempat keliling kampung mendekati para dukun beranak. Karena ingin memperdalam ilmu herbal, menambah pengetahuan. Mereka bahagia karena kerja keras, tidak putus asa hingga memperoleh hasil terbaik. Pun, di usia lanjut keduanya tidak berhenti berkarya, Professor Alex masih terus menulis buku demi pendidikan di tanah air. Bahagia, karena sebagai manusia memaksimalkan potensi diri dan tidak egois terhadap pasangan. Sehingga di usia lanjut tetap saling menemani.

Yang terakhir adalah seorang lelaki penemu bibit unggul yang tinggal di Lampung, Insinyur Surono Danu. Ia memiliki kesempatan untuk menjadi kaya dan komersil dengan penemuannya. Namun tidak, ia terus hidup sederhana dan secukupnya di kampung. Bahkan Surono mengatakan bahwa ia memberikan bibit secara gratis jika ada yang meminta, asalkan ia memiliki persediaan. Lelaki ini berambut gondrong dan telah memiliki cucu. Penampilannya tidak membuat orang percaya bahwa ia adalah seorang ilmuwan atau penemu. Ia menyukai kehidupan petani, hidup sebagai petani dan menyatakan bahwa dirinya bak lukisan yang abstrak. Ia bukan tokoh yang ada dibawah sorot lampu tetapi kiprahnya dalam bidang penemuan bibit membuat orang angkat topi. Bahagia karena menjadi diri sendiri sepenuhnya dan prestasinya bermanfaat bagi banyak orang.

Contoh terakhir tidak masuk dalam wacana acara TV yang saya sebutkan sebelumnya, namun menarik untuk dibahas. Ia adalah Cak Lontong yang memutuskan untuk menjadi komedian. Cak Lontong adalah Insinyur dan pernah bekerja di sebuah perusahaan besar. Tentunya karir yang baik menanti dirinya. Tetapi Cak Lontong memutuskan keluar dari pekerjaan dan berkarir di bidang komedi. Dengan sadar sepenuhnya Cak Lontong berani keluar dari zona nyaman yang menjanjikan kepastian, lalu memilih menjadi seniman pengocok perut. Bagi orang lain mungkin akan dipertanyakan arahnya akan kemana? Bisakah ia menghidupi keluarga? Tetapi Cak Lontong sukses! Bahagia, karena mengerti keputusan yang diambil akan mengubah hidupnya sendiri. Apakah perjalanan ke arah situ sulit atau mudah, tidak jadi masalah!

Seorang wanita menceritakan kisah tidak bahagia dari kawannya, "Ia wanita kaya yang dapat saja sarapan di Singapore dan makan siang di Hongkong, saking kayanya. Tetapi ia tidak bahagia karena sang suami memberikan perhiasan yang lebih mahal kepada ibunda mertua, dibanding perhiasan yang diberikan kepadanya. Menurutnya sikap sang suami mencerminkan kurang perhatian." Kisah ini membuat pembawa acara yang mewawancara membelalakkan mata. Demikian pula saya. Ketika manusia jauh dari Tuhan dan merasa diri setengah dewa maka ia memiliki syarat kebahagiaan dengan skala dewa pula. Bahagianya harus lebih besar, banyak dengan detail beragam. Mungkin harus memiliki mantel dari bulu angsa agar bahagia? Tidak bahagia, karena lupa bahwa hidup ini sementara saja. Hidup ini pinjaman dari Tuhan. Bahagia haruslah dicari dari dasar jiwa, bukan diukur dengan materi.

2 comments:

  1. Hehehe, senyum kecut aku. Bahagia itu batasnya luaaaaas banget kayak laut. Kadang serba salah. Ngambil porsi kecil dunia dan enjoy malah dibilang gak mengoptimalkan potensi dan peluang. Ngotot ngejar dunia dan berani ngambil langkah ekstreem juga kadang dibilang, lha kadang dibilang semu. Apa ya definisi bahagia yg simple hehehe.

    ReplyDelete
  2. Tanya diri kamu sendiri..hehehe - aku ada tulisan di tempat lain 'pergilah kemana hati membawamu'-- bahagia buat org lain belum tentu bahagia buatmu, demikian sebaliknya hehehe...

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.